Jabodetabektoday.com – Berkembangnya transportasi membuat keberadaan transportasi delman atau kereta kuda makin terpinggirkan. Betapa tidak, karena para kusir hanya menunggu waktu berjam-jam namun sepi akan penumpang.
Asep kusir transportasi delman atau kereta kuda mengaku hanya tiga atau empat tarikan dalam sehari untuk mendapatkan penumpang. Hal ini disebabkan sudah banyak metode lain transportasi modern di Kota Bogor seperti aplikasi online, bis kita, angkot listrik dan sebagainya.
“Ya, kami bertahan sampai menunggu waktu mati secara alami, ” ujarnya dengan nada sedih.
Tapi itulah realitanya. Para pedati setia ini hanya berharap dari para pelancong, yang ingin berpose atau ingin menikmati suasana sore Kota Bogor. Tarif pun masih dibawah 100 ribu rupiah untuk sekali putaran Kebon Raya Bogor.
Setelah itu mereka lama lagi menunggu penumpang, dan kembali bersaing dengan angkutan umum (angkot), ojeg pengkalan (opang), hingga transportasi online.
Pendapatannya paling bagus 100 ribu sehari, bahkan tidak membawa uang sama sekali.
“Terkadang lebih banyak ngobrolnya dari pada harinya, ‘ kata Asep.
Jika akhir pekan mereka bolehlah berlaga, karena hari libur banyak pelancong di Kota Bogor, sehingga mereka banyak ketiban order. (Hais)