Jakarta – Rinov Rivaldy sebelumnya, sempat mengalami kondisi kurang ideal lantaran tekanan yang ia hadapi. Ia tak bisa mengembangkan permainan, terutama saat tampil di Thailand Masters 2024. Itu ikut membuatnya tersingkir cepat.
Demi menyelesaikan tekanan mental yang dihadapinya, Rinov bahkan berencana rehat sementara dari turnamen selanjutnya. Padahal, ia bersama Phita Haningtyas Mentari tengah dikejar waktu demi bisa lolos ke Olimpiade. Saat ini keduanya masih dalam posisi peringkat ke-15 klasemen sementara Race to Olympic.
“Betul, memang kita selalu mendekatinya harus lebih in a proper way, pelan-pelan. Kalau itu yang mereka rasakan, ya kita sebagai tim (Ad Hoc) harus menerima dan mengerti dan mencari jalan keluarnya seperti apa,” kata Hubungan Masyarakat tim Ad Hoc Olimpiade 2024 Yuni Kartika kepada pewarta, saat ditemui di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta Pusat.
Persoalan salah satu ganda campuran Indonesia Rinov Rivaldy, yang kena tekanan mental menjelang Olimpiade Paris 2024, telah sampai ke Tim Ad Hoc Olimpiade. Solusi kini dicari.
“Karena mental ini kan dorongannya juga ada dari diri sendiri dan luar yang bisa kita lakukan. Tapi sekali lagi sejauh mana anak ini bisa melawan keadaan dan diri sendiri. Kami tetap akan membantu secara maksimal,” tuturnya.
Legenda hidup bulutangkis itu memahami apa yang dialami Rinov saat ini mengingat ganda campuran dalam posisi yang sangat tidak aman dalam pengumpulan poin Road to Paris 2024. Selain, ganda campuran biasanya selalu menjadi andalan tapi terpuruk khususnya di era setelah Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.
“Ini (memang) enggak enak, apalagi posisi ganda campuran itu belum save banget race-nya menurut saya. Jadi pemain ganda campura merasa seperti itu, saya sangat mengerti. Lalu dari segi psikologi, ganda campuran jadi andalan, sekarang mereka berjuang untuk masuk, itu war-nya enggak enak,” Yuni mengungkapkan.
“Mereka ingin tapi kita tahu sekarang posisi Indonesia seperti apa. Jadi mungkin bebannya juga tidak lebih mudah daripada sektor lain menurut saya.”
Sehubungan itu, Yuni juga mengingatkan risiko yang diambil pemain jika absen turnamen dalam posisi belum aman ke Olimpiade.
“Jadi kepada semua pemain kita selalu mempertimbangkan banyak hal. Kan ada yang bilang ‘harusnya kalau memang enggak siap jangan diberangkatkan.’ Iya, kalau itu tidak olympic. Tapi kita enggak punya pilihan,” Yuni menjelaskan.
“Kadang-kadang kita mengembalikan lagi ke atletnya dengan segala konsekuensi. Whatever you decide, tapi konsekuensi juga ditanggung terutama ke atletnya,” ucapnya.
“Artinya dengan plus minus yang kami sajikan. Bagaimana pun mereka yang main. mereka yang akan menjalani, ibaratnya. Kami tentu inginnya ya harus berangkat, karena orang lain juga berangkat semua. Enggak ada yang mau bolong, begitu kan ibaratnya. Terlepas hasilnya bagaimana.”
“Ibaratnya sama-sama fit juga enggak. Yang sana juga sama lah, memang kita saja? Kita berusaha memberikan encouragement seperti itu. Bukannya enggak boleh, tapi tetap keputusan di atlet. Tapi kita kami memberi pertimbangan.