Jabodetabektodaycom.com, Jakarta – Rombongan pengantin pria tiba di hadapan keluarga pengantin wanita. Iring-iringan yang membawa beraneka bingkisan untuk syarat seserahan terhenti ketika pihak perempuan belum memperkenankan masuk.
Dua atau tiga orang pendekar silat dengan sorot mata tajam dan kumis melintang lengkap dengan golok di pinggang berdiri tegak di depan rombongan pengantin pria.
Bagian ini merupakan tradisi ‘Palang Pintu’ yang lazim dilakukan dalam acara pernikahan Adat Betawi. Ibarat palang pintu, perlu cara untuk membukanya.
Demikian pula tradisi Palang Pintu ini. Harus dibuka dengan serangkaian cara. Tata cara ini diperagakan dalam Festival Palang Pintu yang digelar hampir setiap tahun di Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan.
Pesertanya memang tidak banyak, sekitar 10 sampai 15 sanggar dari Jabodetabek.
Kegiatan ini merupakan upaya Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas dan Suku Dinas Pariwisata Kebudayaan dan Permuseuman dalam upaya melestarikan seni dan budaya Betawi.
Belakangan ada beberapa senin dan Budaya Betawi yang mengalami mati suri. Secara umum, Palang Pintu diawali dengan berbalas pantun antara utusan pengantin pria dan pengantin wanita.
Diawali pemantun pengantin wanita yang menolak kedatangan rombongan pengantin pria. Alasannya, pengantin perempuan sudah ada yang punya.
Namun, pihak pengantin laki-laki berkeras untuk mempersunting pengantin wanita. Biasanya, adu pantun semakin memanas dan berlanjut adu silat dua jagoan dari kedua belah pihak.
Setelah mengakui keunggulan pesilat utusan pihak pegantin laki-laki, akhirnya pihak pengantin wanita pun melunak dan mempersilakan rombongan pengantin pria menemui pengantin wanita, dan bersedia membuka palang pintu.
Namun, sebelum palang pintu dibuka, masih ada persyaratan yang harus dipenuhi pihak pengantin pria. Di sinilah, pihak pengantin pria menjawab seluruh permintaan yang diminta pihak pengantin wanita.
“Antara lain dengan menyerahkan seekor ayam, sebagai penjamin kelangsungan keluarga baru,” ujar Anggota PRD DKI Jakarta Kotibi Achyar yang juga tokoh Betawi asal Cengkareng, Jakarta Barat.
Banyak Syarat
Rupanya, pihak pengantin pria kudu memenuhi banyak persyaratan sebelum palang pintu dibuka dan diketemukan dengan pengantin wanita.
Ada pula sayur-sayuran yang diserahkan sebagai tanda pihak laki-laki ikut mendukung pemenuhan kebutuhan sehari-hari bagi keluarga baru itu.
Sampai soal bawaan berupa tempat tidur dan peralatan rumah tangga lainnya. Begitu seterusnya, baru palang pintu dibuka dan kedua pengantin dipertemukan.
Rangkaian Palang Pintu tidak selalu kaku dan formal. Seringkali bait-bait pantun mengundang tawa. Simak syair pantun di bawah ini.
“Neduh jambu jangan diadu / Belum ngelawan juga satu / Kalau Abang pengin pada masuk /Jatuhin dulu nih aye punya palang pintu”.
Setelah pantun selesai diucapkan, jagoan silat dari kedua belah pihak lalu memeragakan kelihaian mereka main pencak silat.
Pada adu silat ini, juga sering mengundang tawa. Maklum, karena jagoan-jagoan silat dalam acara itu memang tidak benar-benar berkelahi, tak lebih hanya sebagai bagian dari pertunjukan seni bela diri silat.