Jabodetabektoday.com, Jakarta – Guru tidak hanya berperan penting dalam menyampaikan pelajaran kepada siswa sekolah. Melainkan ikut berperan aktif dalam mengantisipasi kemunculan potensi aksi perundungan atau bulliying di sekolah.
Upaya pencegahan dan menuntaskan aksi perundungan di sekolah sangat diperlukan. Demikian tegas Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Ima Mahdiah.
Ima mengaku banyak menerima pengaduan terkait minimnya respon guru terhadap perilaku bullying di lingkungan sekolah.
Padahal, sambung dia, bullying bukan persoalan kecil yang dapat diabaikan. Semuan pihak harus bisa bahu membahu menekan agar kasus bulliying tidak terjadi di sekolah.
“Contoh dipukul, dianggapnya cuma berantem-berantem bercanda biasa. Padahal itu hal serius yang harusnya segera ditangani guru,” ujar Ima di gedung DPRD DKI Jakarta, Senin (22/7).
Oleh karena itu, ia mengimbau kepada para guru di sekolah harus lebih peka terhadap setiap perilaku siswa dan siswinya.
Sehingga kenyamanan dan keamanan anak didik selama berada di lingkungan sekolah bisa terjamin.
“Guru harus tahu dan harus lebih sensitif jika ada perundungan-perundungan yang terjadi,” kata Ima.
Bahkan, sosialisasi terkait tindakan yang dilarang serta sanksi tegas harus disampaikan oleh para guru kepada peserta didik saat awal masuk sekolah.
Dengan begitu, upaya pencegahan atau antisipasi terjadi bullying bisa dilakukan sejak dini, agar tak menimbulkan korban.
Ima juga berpesan kepada anak didik yang melihat perundungan atau menjadi korban untuk segera melaporkan kepada guru dan orangtua.
“Jadi imbauan saya kepada seluruh murid-murid kalau misalnya ada perundungan sebaiknya lapor, agar bisa dilakukan pencegahan,” tandas Ima.
Sebagai informasi, Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) menyatakan, Jakarta menduduki peringkat tiga provinsi dengan kasus kekerasan anak terbanyak di Indonesia pada 2023.
Total sebanyak 781 kasus kekerasan dan 59 persen di antaranya merupakan aksi tawuran antarpelajar.